Kerajaan Makasar (Goa dan Tallo)
Sunday, February 21, 2010 Dituliskan oleh Syiham Al Ahmadi
Makassar tumbuh menjadi pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur.
Hal ini disebabkan letak Makassar yang strategis dan menjadi bandar penghubung antara Malaka, Jawa, dan Maluku. Lemahnya pengaruh Hindu-Buddha di kawasan ini menyebabkan nilai-nilai kebudayaan Islam yang dianut oleh masyarakat di Sulawesi Selatan menjadi ciri yang cukup menonjol dalam aspek kebudayaannya. Kerajaan Makassar mengembangkan kebudayaan yang didasarkan atas nilai-nilai Islam dan tradisi dagang. Berbeda dengan kebudayaan Mataram yang bersifat agraris, masyarakat Sulawesi Selatan memiliki tradisi merantau. Keterampilan membuat perahu phinisi merupakan salah satu aspek dari kebudayaan berlayar yang dimiliki oleh masyarakat Sulawesi Selatan.
Islam masuk ke daerah Makassar melalui pengaruh Kesultanan Ternate yang giat memperkenalkan Islam di sana. Raja Gowa yang bernama Karaeng Tunigallo selanjutnya masuk Islam setelah menerima dakwah dari Dato Ri Bandang. Selanjutnya Karaeng Tunigallo memakai gelar Sultan Alaudin Awwalul-Islam (1605-1638).
Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1654-1660), Kerajaan Makassar mencapai puncak kejayaannya. Ia berhasil membangun Makassar menjadi kerajaan yang menguasai jalur perdagangan di wilayah Indonesia Bagian Timur.
Pada masa Hasanuddin terjadi peristiwa yang sangat penting. Persaingan antara Goa-Tallo (Makassar) dengan Bone yang berlangsung cukup lama diakhiri dengan keterlibatan Belanda dalam Perang Makassar (1660-1669). Perang ini juga disulut oleh perilaku orang-orang Belanda yang menghalang-halangi pelaut Makassar membeli rempah-rempah dari Maluku dan mencoba ingin memonopoli perdagangan.
Keberaniannya melawan Belanda membuat Sultan Hasanuddin dijuluki “Ayam Jantan dari Timur oleh orang-orang Belanda sendiri. Dalam perang ini Hasanuddin tidak berhasil mematahkan ambisi Belanda untuk menguasai Makassar. Dengan terpaksa, Makassar harus menyetujui Perjanjian Bongaya (1667) yang isinya sesuai dengan keinginan Belanda, yaitu:
1) Belanda memperoleh monopoli dagang rempah-rempah di Makassar;
2) Belanda mendirikan benteng pertahanan di Makassar;
3) Makassar harus melepaskan daerah kekuasaannya berupa daerah di luar Makassar;
4) Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone.
Walaupun perjanjian sudah ditandatangani, tetapi Sultan Hasanuddin tetap berjuang melawan Belanda. Setelah Benteng Sombaopu jatuh ke tangan Belanda, Sultan Hasanuddin turun takhta. Kekuasaannya diserahkan kepada putranya, Mappasomba.
sumber artikel blog ini :
1. Wikipedia.org
2. BSE Depdiknas.go.id
3. id.shvoong.com
4. Google.com
CRITICAL REVIEW :
Kota Metropolitan Makassar adalah ibukota dari propinsi Sulawesi Selatan. Sebelumnya bernama Kotamadya Ujung Pandang. Kota Makassar terkenal sebagai kota "Anging Mamiri", yang berarti “kota hembusan angin sepoi-sepoi basah”. Dan juga terkenal dengan "Pantai Losari"nya yang indah. Sejak abad ke-16, Makassar merupakan pusat perdagangan yang dominan di Indonesia Timur, dan kemudian menjadi salah satu kota terbesar di Asia Tenggara. Seiring berjalannya waktu Kota Makassar menjadi incaran Belanda untuk memonopoli kota tersebut. Dan setelah Belanda menduduki Makassar dilakukannya pembangunan-pembangunan yang bercorak ke-Belandaan. Sejak tahun 2004 kota Makassar sudah mulai melakukan pembangunan infrastruktur atau sarana-sarana publik yang baru dan berkualitas. Hal ini dilakukan berdasarkan pada slogan kota Makassar yaitu Great Expectation City. Sejak saat itu dimulailah pembangunan mulai dari Menara Balaikota sekarang sudah difungsikan, Graha Pena Fajar yang juga merupakan gedung tertinggi di Makassar, Pelataran Losari, Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin, Pelebaran Jalan tol yang menghubungkan kota Makassar ke Bandara dan juga GOR Sudiang. Namun masih ada beberapa bangunan yang sementara dikerjakan dan yang akan dikerjakan seperti Kalla Tower, Menara Bosowa, Perubahan Lapangan Karebosi, Pembangunan Trans Kalla yang merupakan Family Entertainment Center pertama di Indonesia, Center Point of Makassar (Equilibrium) yang akan memberikan ikon baru bagi Kota Makassar selain Pantai Losari. Penambahan 2 pelataran di Pantai Losari. Adapun pembangunan perluasan pelabuhan laut Makassar, Bandara Hasanuddin, jalan tol, kawasan industri Makassar, Pembangunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Untia dan berbagai proyek lainnya tengah dilaksanakan. Kota ini tergolong besar dengan berbagai suku bangsa yang tinggal di kota ini. Di kota ini ada suku Makassar, Bugis, Toraja, Mandar, dan Tionghoa. Makassar memiliki wilayah seluas 128,18 km² dan penduduk sebesar kurang lebih 1,25 juta jiwa.